Analisis Puisi ''Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya''
SEORANG TUKANG RAMBUTAN PADA ISTRINYA
Karya : Taufik Ismail
“Tadi
siang ada yang mati,
Dan
yang mengantar banyak sekali
Ya.
Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu
berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai
bensin juga turun harganya
Sampai
kita bisa naik bis pasar yang murah pula
Mereka
kehausan dalam panas bukan main
Terbakar
mukanya di atas truk terbuka
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rejeki mareka
Mereka berteriak kegirangan dan berebutan
Sperti anak-anak kecil
Dan
menyoraki saya. Betul bu, meenyoraki saja
‘Hidup
tukang rambutan! Hidup tukang rambutan!’
Dan
ada yang turun dari truk, bu
Mengejar
dan menyalami saya
‘Hidup
rakyat!’ teriaknya
Saya
dipanggul dan diarak-arak sebentar
‘Hidup
pak rambutan!’ sorak mereka
‘Terimakasih
pak, terimakasih!
Bapak
setuju kami, bukan?
Saya
mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
Mereka
naik truk kembali
Masih
meneriakan terimakasihnya
‘Hidup
pak rambutan! Hidup rakyat!’
Saya tersedu, bu. Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita’.
1.
Tema
:
Tema puisi yang berjudul “Seorang Tukang Rambutan
Pada Istrinya” karya Taufik Ismail ini adalah semangat perjuangan. Hal ini sesuai dengan isi puisi tersebut yang
menggambarkan semangat juang para mahasiswa dengan keyakinan yang
kuat untuk melanjutkan perjuangan dengan penuh ketulusan meskipun banyak ribuan
nyawa harus menjadi korban.
2.
Suasana
:
Suasana yang tergambar pada puisi tersebut adalah Semangat. Hal ini sudah sangat jelas,
karena sebagian besar di setiap bait puisi ini menggambarkan tentang semangat
para mahasiswa yang sedang memperjuangkan hak-hak rakyat.
3.
Isi
:
Puisi Ballada berjudul “Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya”
karya Taufik Ismail ini menceritakan tentang mahasiswa-mahasiswa yang melakukan
aksi unjuk rasa pada pemerintah untuk menurunkan harga-harga. Dalam puisi ini
diceritakan bahwa ada yang meninggal akibat aksi unjuk rasa tersebut. Dan
seorang tukang rambutan yang melemparkan sepuluh ikat rambutannya kepada
mereka, dia pun berkata pkepada istrinya bahwa itu adalah rejeki mereka, hingga
mereka pun turun dan mengatkan ucapan terimakasihnya kepada tukang rambutan
tersebut. Tukang rambutan begitu haru setelah ia disalami dan diarak-araki
mahasiswa-mahasiswa sambil mengatakan ucapan terimakasih yang begitu jujutnya
kepada tukang ranbutan tersebut.
4. Makna :
Makna puisi perbaris :
Ø Baris 1-8
“Tadi siang ada yang mati,
Dan yang mengantar banyak sekali
Ya. Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak: dua ratus, dua ratus!
Sampai bensin juga turun harganya
Sampai kita bisa naik bis pasar yang murah
pula
Mereka kehausan dalam panas bukan main
Terbakar mukanya di atas truk terbuka
Dari potongan puisi di atas, sudah jelas bahwa puisi
tersebut menceritakan mahasiswa-mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa
terhadap pemerintah yang telah menaikan harga-harga, sehingga pada aksi unjuk
rasa tersebut pun ada yang tewas mereka pun mengantarkan mayatnya. Mereka
kehausan bukan main demi kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga-harga yang
naik yang tidak lain mereka memperjuangkan untuk kesejahteraan mereka dan
rakyat-rakyat lainnya.
Ø Baris 9-13 :
Saya lemparkan sepuluh ikat rambutan kita, bu
Biarlah sepuluh ikat juga
Memang sudah rezeki mereka
Mereka berteriak-teriak kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak kecil
Kelima larik kalimat puisi di atas mengisahkan tentang kerelaan
“bapak tukang rambutan” memberikan sepuluh ikat rambutan jualannya karena
merasa iba melihat para mahasiswa dan pelajar yang kehausan dan kepanasan.
Kalimat ini dapat kita maknai bagaimana kepedulian seorang rakyat jelata untuk
memberikan jualannya kepada para mahasiswa. Melihat pemberian yang tulus dari
bapak penjual rambutan itu para mahasiswa berteriak kegirangan dan saling berebutan.
Tentunya, kalau pemberian yang tidak seberapa nilainya tetapi diterima dengan
hati senang betapa membahagiakan. Hal itulah yang dirasakan oleh bapak penjual
rambutan.
Ø Bait 14-21
Dan menyoraki saya.
Betul bu, meenyoraki saja
‘Hidup tukang
rambutan! Hidup tukang rambutan!’
Dan ada yang turun
dari truk, bu
Mengejar dan menyalami
saya
‘Hidup rakyat!’
teriaknya
Saya dipanggul dan
diarak-arak sebentar
‘Hidup pak rambutan!’
sorak mereka
‘Terimakasih pak,
terimakasih!
Potongan puisi di atas menggambarkan ucapan terimakasih
mahasiswa-mahasiswa lontarkan kepada tukang rambutan tersebut. Bahkan sebagian
dari mereka menyalami dan memanggul pak rambutan dengan penuh kebahagiaan atas
kerelaan penjual rambutan tersebut untuk memberikan sedikit rambutan jualannya kepada para
mahasiswa yang sedang berjuang memperjuangkan hak-hak mereka sebagai rakyat.
Ø
Baris 22-26
“Bapak
setuju kami, bukan?”
Saya mengangguk-angguk. Tak bisa bicara
“Doakan perjuangan kami, Pak,”
Mereka naik truk kembali
Masih meneriakkan terima kasih mereka
“Hidup pak rambutan, hidup rakyat!”
Dalam larik-larik kalimat puisi di atas diungkapkan, tentang
permintaan dari mahasiswa agar perjuangan mereka juga didukung melalui doa. Melalui doa, tentunya segala
harapan dan perjuangan akan dikabulkan oleh Tuhan. Sebagai orang yang beragama,
doa merupakan kekuatan yang paling tinggi sebab doa merupakan permohonan yang
ditujukan kepada Tuhan. Melalui puisi ini ingin mengingatkan kita bahwa selain
dukungan yang diperlukan tersebut berupa material dan moral, dukungan doa
adalah yang terutama. Dengan berdoa, kita memohon dukungan dari Tuhan. Puisi
ini juga ingin mengajarkan kita bahwa segala perjuangan harus selalu dibarengi
dengan permohonan kepada Tuhan, sebab tanpa restu dari Tuhan maka perjuangan yang kita lakukan akan sia-sia.
Ø Baris 27-29
Saya tersedu, bu, saya tersedu
Belum pernah seumur hidup
Orang berterima kasih begitu jujurnya
Pada orang kecil seperti kita.
Keempat larik kalimat terakhir dalam puisi tersebut adalah
ungkapan perasaan “bapak tukang
rambutan” yang disampaikan kepada istrinya. Bagaimana dia merasa terharu dan
sampai tersedu. Dapat kita bayangkan, bagaimana perasaan yang dialami oleh
“bapak tukang rambutan” saat menerima ucapan terima kasih yang begitu tulusnya,
apalagi ia merasa dirinya hanyalah orang kecil dan ucapan terima kasih seperti
itu baru pertama kali diterimanya dalam hidupnya.
5.
Kalimat
bermajas :
Terbakar mukanya di
atas truk terbuka,
maksud kata terbakar
mukanya pada potongan larik tersebut menggambarkan bahwa muka mereka yang
terbakar oleh matahari, akan tetapi muka mereka yang memerah akibat kepanasan
oleh teriknya matahari, dan si pak rambutan melemparkan sepuluh ikat
rambutannya kepada mereka yang kehausan.
Saya tersedu, bu.
Belum pernah seumur hidup
Orang berterimakasih
begitu jujurnya
Pada orang kecil
seperti kita’.
Potongan puisi di atas
menggambarkan bahwa bukan tubuh pak tukang rambutan dan istrinya yang berbadan
kecil akan tetapi mereke itu orang susah atau orang miskin yang rela menolong
sesama.
6.
Amanat
Puisi ini mengamanatkan kepada kita bahwa sekecil apapun
kebaikan atau bantuan yang kita berikan kepada seseorang, jika kita
melakukannya dengan penuh keikhlasan, maka kita akan mendapatkan balasan yang
baik, bahkan lebih besar dari apa yang kita bayangkan.
(Seperti halnya pak
penjual rambutan, dengan keikhlasannya memberikan buah rambutan jualannya
kepada para mahasiswa. Dapat kita bayangkan, bagaimana perasaan yang dialami oleh “bapak
tukang rambutan” saat menerima ucapan terima kasih yang begitu tulusnya,
apalagi ia merasa dirinya hanyalah orang kecil dan ucapan terima kasih seperti
itu baru pertama kali diterimanya dalam hidupnya.)
7.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Seorang
Tukang Rambutan pada Istrinya” adalah puisi yang ditulis dalam bentuk kisahan atau cerita sehingga kita
sebagai pembaca akan merasa tersentuh saat membaca puisi tersebut. Di dalam
puisi ini digambarkan perjuangan para mahasiswa yang mengobarkan semangatnya
demi memperjuangkan hak-hak rakyat. Selain itu juga pada puisi ini menggambar
kebaikan hati seorang pedagang rambutan yang dengan keikhlasannya memberikan
sebagian rambutannya jualannya kepada para mahasiswa yang sedang berjuang
memperjuangkan hak-hak rakyat.
Warna tulisannya bikin sakit mata, mbak :'(
BalasHapusBenar mas Arif, sebaiknya pakai warna tulisan putih saja biar lebih jelas n bersahabat dg mata.
Hapus